Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
Dreamland
>
Lifestyle
>
Article
Tren & Tantangan Bisnis Kuliner 2012
29 Desember 2011 13:00 | 3310 hits

Dreamers.co.id – Bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang  banyak dilirik oleh kaum perempuan.  Bisnis ini semakin tumbuh karena lahan yang cukup potensial dan kreatif dalam pengelolaanya. Bahkan berbagai kreasi makanan dibentuk dari  yang unik hingga ekstrem bagi pecinta makanan Indonesia.

Tren

Untuk tren 2012, pengusaha Kafi Kurnia mengaku dunia kuliner Indonesia terbagi menjadi dua kubu  yaitu, kubu holistic yang memilih makanan sehat, dan kubu yang memilih makanan mewah, ekstrem atau mencari sensasi kenikmatan kuliner yang berbeda.

Sementara menurut pakar kuliner Sisca Soewitomo, dari hasil pengamatannya beberapa bulan terakhir, para pelaku bisnis yang bermain di lahan kuliner tradisional dan juga makanan cepat saji masih akan mendominasi pada 2012.

“Beberapa bulan terakhir ini, semakin banyak usaha franchise makanan tradisional seperti ayam, bebek, dan lainnya. Ini sebabkan karena citarasanya yang cocok dengan keinginan masyarakat Indonesia seperti sambel, sayur asem, dan lainnya,” jelas Sisca.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Kafe dan restoran Indonesia (Apkrindo), Stevan Lie punya pandangan lain. Menurutnya, bisnis kuliner ke depan memiliki kecenderungan untuk menawarkan makanan segar yang dimasak langsung dari toko penjual bahan makanan.

Tantangan

Apapun pilihan makanan dan restora, Steven mengatakan bisnis kuliner punya tantangan tersendiri. Makanan Indonesia memang  sangat kaya. Tetapi jika bicara kualitas, masih perlu kerja keras dari kalangan pembisnis kuliner.

Tidak adanya standarisasi food safety menjadi Kendala untuk mengukur sejauhmana kualitas kafe dan restoran secara keseluruhan. Stevan pun menambahkan bukan hanya kualitas makanan, namun juga penyajian, cara mengolah masakan, pelayanan, tingkat kebersihan, hingga bahan baku.

“Ada grup pasar khusus yang lebih mementingkan kualitas dan pelayanan saat makan di kafe atau restoran. Ada juga yang memilih makanan dengan harga murah,” terangnya.

Umumnya, pemain lama di bisnis kuliner cenderung menyasar dua segmen, yakni kalangan menengah atas yang merupakan grup pasar khusus (niche market) atau pecinta kuliner yang lebih mempertimbangkan harga saat membeli makanan.

Jika dibandingkan Singapura, Indonesia masih ketinggalan mengenai strandarisasi food safety di kafe dan restoran, katanya. Padahal standarisasi food safety juga penting bagi pelanggan, terutama mereka yang ingin menerapkan gaya hidup sehat. Standarisasi food safety penting untuk menghindari berbagai risiko seperti kasus keracunan makanan di restoran karena pengolahan makanan yang tak sesuai standar, kata Stevan.

Stevan mengatakan, masih butuh waktu untuk membangun kepercayaan di kalangan pebisnis kuliner itu sendiri, untuk menciptakan standarisasi makanan dan minuman sebagai produk dari kafe atau restorannya. Karenanya, keterlibatan pemilik kafe dan restoran dalam asosiasi dibutuhkan untuk menciptakan industri kuliner yang lebih berkualitas di kemudian hari, agar Indonesia dapat menjadi destinasi wisata kuliner berkualitas. (way)

Komentar
RECENT ARTICLE
Advertise with Us
sales & marketing : sales@dreamers.id
enquiries : info@dreamers.id
Get Our Application for Free
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio