Darurat banjir yang diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Jokowi bukan saja pada penanganan banjir itu sendiri, tetapi yang tak kalah penting adalah pada saat setelah banjir surut. Karena saat itulah banyak penyakit yang mengincar para korban banjir.
Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah Leptospirosis atau dikenal sebagai kencing tikus. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan lewat hewan. Yang paling banyak menimbulkan kasus wabah di Indonesia adalah lewat air kencing dan kotoran tikus.
Ketika terjadi banjir, tikus yang tinggal diliang tanah akan ikut keluar menyelematkan diri. Ketika mereka berkeliaran disekitar manusia, maka kotoran dan kencingnya akan bercampur dengan air banjir.
“Apabila ada orang yang memiliki luka kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut dapat terinfeksi dan akan jatuh sakit,” ungkap Prof dr Tjandra Yoga Aditama, MPH, Direktur Jendera Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan dalam surat elektroniknya.
Baca juga: Waspadai Leptospirosis saat Dikepung Banjir
Tak hanya itu, Leptospirosis juga dikenal sebagai demam canicola, demam ladang tebu, dan demam 7-hari. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil sehingga disebut juga sebagai penyakit atau sindrom Weil.Kuman ini dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1bulan, selain itu kuman ini juga bisa bertahan pada tanah yang lembab, tanaman, maupun lumpur dalam waktu yang lama. Kuman ini dapat berenang di air sehingga bisa menginfeksi kaki manusia yang sedang terluka. Umumnya laporan orang yang terkena leptospirosis terjadi setelah banjir.
“Saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah pada keluar menyelamatkan diri. Kotoran dan urinnya masuk ke air banjir, bisa masuk ke makanan dan apabila masuk ke tubuh dan menyerang otak bisa berbahaya,” tambah Dr Latre Buntaran SpMK, dokter spesialis mikrobiologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Leptospira juga bisa memapar mereka yang banyak bersentuhan dengan binatang seperti peternak, petani, dan dokter hewan. Petugas pembersih selokan juga memiliki risiko terpapar leptospitosis.