DREAMERS.ID - Aksi saling menjatuhkan dalam ranah politik biasa dilakukan, seperti yang kini terjadi antara kubu Donald Trump dan Hillary Clinton yang sama-sama ingin memenangkan hati warga Amerika Serikat untuk menjadi orang nomor satu negara Paman Sam tersebut.
Setelah aksi saling hujat antara dua calon presiden Amerika semakin panas, kini giliran Donald Trump, capres Partai Republik, menuding rivalnya Hillary Clinton sebagai dalang dibentuknya Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Dikutip dari laman the Independent, Kamis (3/8), Trump mengumumkan tuduhan tersebut saat ia melakukan kampanye di Pantai Daytona, Florida. "Hillary Clinton seharusnya mendapat penghargaan dari ISIS sebagai pendiri mereka," kata Trump.
Sebelumnya, sang miliarder bisnis kasino dan properti ini menyebut Hillary sebagai 'setan' musuh demokrasi. Namun ia bicara tanpa adanya bukti. Selain Hillary, Trump juga tak lupa mengkritik presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Baca juga: Angka Fantastis Dari Penggalangan Dana Fans Taylor Swift Untuk Capres AS Kamala Harris
Trump menyebut Obama melakukan berulang kali kekeliruan dalam kebijakan luar negeri karena dulu pernah mengangkat Hillary sebagai menlu. Contoh kasus yang dipakai Trump adalah kekacauan di Libya setahun terakhir."Kita memiliki presiden yang sebenarnya tidak kompeten. Kita dipermalukan oleh Presiden Obama dan kebijakannya. Lihat Libya, lihat kekacauannya dan itu adalah saat dia (Hillary) memberi tahu Obama apa yang harus dilakukan," lanjutnya.
Melihat fenomena Trump, jajaran Partai Republik telah berulang kali mendesak agar sang capres mengubah gayanya. Pidato Trump yang menyerang keluarga tentara muslim justru menuai kecaman. Beberapa petinggi Partai Republik sudah mengumumkan lebih mendukung Hillary bila Trump tidak mengubah karakter.
Bahkan rekan Trump, Newt Gingrich mengungkapkan kalau Trump harus berubah kalau mau menang dalam Pemilu November mendatang. "Situasi persaingan saat ini sangat tidak bisa diterima. Keduanya sama-sama menunjukkan kualitas yang pantas (menjadi presiden AS)," ujarnya kepada The Washington Post.