DREAMERS.ID - Kasus orangtua murid yang melaporkan guru ke pihak kepolisian karena dituduh melakukan penganiayan anak dibawah umur seringkali terjadi beberapa waktu belakangan ini. Salah satu kasus yang masih menyita perhatian publik adalah kasus seorang guru yang diadili lantaran mencubit muridnya.
Guru SMP di Kecamatan Balongbendo bernama Raden Rahmad lah yang dilaporkan oleh orang tua murid atas kasus pencubitan itu. Kini Rahmad tengah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Sidoarjo. Tentunya, kasus tersebut membuat para guru menjadi resah, mereka pun melakukan demo meminta para orangtua mendidik anaknya masing-masing tanpa melibatkan sekolah.
Tak ingin insiden yang sama terjadi kembali, sebuah SMP di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat membuat perjanjian bagi calon murid baru. Perjanjian itu tak lain berisi perihal tidak melaporkan pihak sekolah maupun guru saat menghukum anak-anak mereka.
Perjanjian tersebut lantas beredar luas di media sosial dan membuat heboh. Beberapa hal yang seringkali dipermasalahkan turut dimasukkan dalam perjanjian tersebut. Sebagian netizen mendukung para sekolah untuk menerapkan perjanjian itu. Mereka beranggapan sekolah harus lebih cerdas dalam menjalankan fungsi pendidikannya.
"Bagus lah. Memang sekolah harus lebih cerdas dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik," tulis Annisa Latifah.
Akan tetapi, beberapa dari netizen juga tak setuju kalau sampai pihak sekolah membuat surat perjanjian seperti itu. Seperti yang diungkapkan oleh Devi Novita yang merasa kalau perjanjian tersebut terkesan berlebihan.
"Kalau menurut saya sih seorang guru tidak wajar membuat surat perjanjian seperti itu, memang tidak mudah menjadi seorang pengajar/guru. Untuk mendidik anak agar bisa di atur memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebaiknya seorang guru lebih tahu caranya agar murid-muridnya menaati peraturan sekolah. Sering-sering lah adakan meeting orangtua guru dan murid, jika murid sudah tidak bisa diatur di sekolah ajak orangtua murid untuk berdiskusi, barangkali orangtuanya tidak tahu kelakuan anaknya di sekolah, dan buat para guru jangan sekali-kali meninggalkan kelas ketika murid sedang belajar, jadilah contoh yang baik buat mereka. Guru yang baik mengajar dari hati bukan dari kata-kata emosional."
Bagaimana kalau menurut Dreamers?
(dits/Merdeka)