DREAMERS.ID - Dunia masih terkaget-kaget oleh peristiwa berdarah di sebuah kelab gay Orlando, Amerika Serikat, Pulse. Kini, di tengah pencarian informasi detail tentang pelaku, Omar Mateen, ada fakta lain yang terungkap.
Pria yang menewaskan sekitar 50 orang pada Minggu (12/6) dini hari waktu setempat itu diakui adalah orang yang pemarah dan bertempramental tinggi oleh mantan istrinya, Sitora Yusufiy. Sering menganiaya Yusufiy, Mateen awalnya terlihat seperti orang yang suka bercanda dan penyayang keluarga.
"Namun kemudian, beberapa bulan setelah kami menikah, saya melihat ketidakstabilannya. Saya melihat dia bipolar dan dia bisa tiba-tiba marah tanpa alasan. Saat itulah saya mulai khawatir atas keselamatan saya," ujar Yusufiy melansir CNN.
Akhirnya Yusufiy diselamatkan oleh keluarganya dan bercerai dengan Mateen. Ketidakstabilan mental Mateen ternyata juga sudah dikenal oleh Badan Intelijen Amerika, FBI karena pernah mewawancarainya pada tahun 2013 dan 2014.
Baca juga: ISIS Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan Penembakan Klub Gay di Orlando
FBI mencurigai Mateen karena ia mengekspresikan simpati kepada pelaku salah satu serangan bom. Namun karena tidak mengarah pada kesimpulan terkait kelompok teroris, Mateen tidak mendapat tindakan lanjut.Namun yang mengagetkan, ternyata Mateen adalah seorang petugas keamanan dari salah satu perusahaan keamanan global bernama G4S. Sama seperti FBI, G4S mengklaim pernah 2 kali melakukan pemeriksaan terhadap Mateen namun tidak ada temuan mencurigakan. G4S adalah perusahaan dunia yang memperkerjakan 620 ribu orang dan beroperasi di 110 negara, termasuk Indonesia.
Sementara itu, Omar Mateen ditetapkan sebagai pelaku yang memberondong tembakan maut ke arah pengunjung gay club Pulse di Orlando saat para komunitas LGBT berkumpul sebagai rangkaian dari perayaan Month Pride, salah satu hari besar mereka. Mateen juga diketahui telah bersumpah setia kepada ISIS dan kelompok radikal tersebut telah mengklaim sebagai dalang di balik penyerangan tersebut.
(rei)