DREAMERS.ID - Belum lama ini lima mahasiswa Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) merancang sebuah inovasi yang diberi nama e-Paddy. Melalui sebuah proses tanaman padi yang berasal dari persawahan ini akan menghasilkan listrik. Tujuan diciptakannya e-Paddy yakni sebagai solusi solusi untuk daerah tertinggal yang kekurangan listrik.
Kelima mahasiswa yang menciptakan alat inovasi ini adalah adalah Dheniz Fajar Akbar (TBP 2014), Lisa Normalasari (TEP 2012), Yogan Surya Tirta (TEP 2012), Tiara Wiranti (TEP 2012) dan Hamdan Mursyid (TBP 2014) di bawah bimbingan Dewi Maya Maharani.
Prinsip dasar yang digunakan dalam penelitian sebenarnya sederhana yaitu dengan menggabungkan prinsip fisika dan biologi. Prinsip biologi yang digunakan adalah proses fotosintesis yang dialami seluruh tumbuhan.
"Umumnya tanaman akan menyerap sinar matahari dan menghasilkan glukosa (C6H1206) dan oksigen (O2) melalui proses fotosintesis. O2 yang dihasilkan akan terlempar bebas ke udara," kata Dheniz Fajar Akbar di Universitas Brawijaya.
Adapun glukosa yang dihasilkan akan diserap oleh tanaman sebesar 30 persen. Sementara 70 persen sisa glukosa yang tidak terserap kemudian akan dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam tanah dan terurai menjadi CO2, H2O dan elektron.
Berdasarkan prinsip fisika, tim akan memasang katoda dan anoda di sekitar tanaman padi. Anoda yang ditanam dalam tanah akan menangkap elektron. Sementara katoda diletakkan di luar tanah. Kedua anoda dan katoda ini terhubung oleh sebuah kabel yang mengalirkan elektron. Pergerakan elektron inilah yang kemudian akan menghasilkan listrik.
"Semakin banyak penyiraman dan pemberian kompos akan menghasilkan peningkatan produksi elektron hingga menghasilkan tegangan listrik yang makin tinggi," ujar Dheniz.
Semakin tua umur padi maka makin banyak menghasilkan elektron. Tim menggunakan padi jenis IR-64 yang banyak ditemui dengan umur 25 sampai 30 hari. Berdasarkan penelitian, sebanyak 20 batang padi dapat menghasilkan 331.6 mV dengan penyiraman 500 ml air dan pemberian kompos 5 persen dari massa tanam dalam pot.
Rencana kedepannya tim berharap penelitian ini bisa diaplikasikan ke berbagai daerah, terutama untuk desa yang belum teraliri listrik tetapi memiliki areal persawahan yang memadai.