DREAMERS.ID - Jepang memang terkenal dengan kemajuan teknologi dan kekreatifannya dalam berbagai penemuan. Walaupun demikian, kesenian asli Jepang pun juga tidak sedikit yang menyita perhatian netizen.
Salah satu kesenian Jepang yang saat ini tengah menjadi sorotan adalah gyotaku. Gyotaku sendiri adalah kesenian yang sudah ada sejak beratus tahun yang lalu dan digunakan para nelayan untuk mengabadikan gambar hasil tangkapannya.
Gyotaku sendiri adalah akronim dari gyo dan taku. Gyo berarti ikan dan taku adalah teknik yang digunakan untuk membuat kesenian ini. Pada jaman dahulu, para nelayan saat melaut juga membawa kertas, tinta dan kuas. Jadi sebelum mereka menjual ikan-ikan tersebut, mereka membuat lukisan dengan ikan hasil tangkapan mereka.
Untuk membuat lukisan gyotaku, awalnya para nelayan tadi membersihkan ikan tangkapan mereka itu. Setelah ikan tersebut kering, mereka menaruh ikan tersebut di atas papan dengan bantuan jarum pentul agar tidak bergerak. Kemudian memberi tinta di atas ikan langsung dengan mengunakan kuas.
Baca juga: Pangeran Saudi Akhirnya Angkat Bicara Soal Pembelian Lukisan Triliunan 'Kristus' Termahal di Dunia
Setelah diberi warna, ikan tadi ditutup dengan kertas beras lembab kemudian ditekan-tekan agar warnanya tadi tercetak di kertas beras tadi. Teknik ini disebut sebagai teknik langsung. Hasil dengan menggunakan teknik memang lebih bagus dan juga gambarnya lebih detail.Ada teknik lain dalam membuat gyotaku tetapi kurang diminati. Dalam teknik ini, pertama kertas ditaruh diatas ikan lalu disiram menggunakan pasta beras. Kemudian, bola kapas yang sudah dibalut kain sutra digunakan untuk meratakan tinta pasta beras tadi. Teknik ini kurang diminati karena sangat beresiko kertas robek saat diangkat dari badan ikan itu.
Dilansir dari laman odditycentral, gyotaku pertama kali terkenal di periode Edo, di bawah perlindungan bangsawan terkenal bernama Lord Sakai. Saat itu, para nelayan membawa hasil karya mereka ke sang bangsawan lalu bila si bangsawan tertarik maka dia akan memperkerjakan mereka dan hasil karyanya disimpan di istana. Namun sayangnya setelah periode Edo, gyotaku sudah tidak terlalu diminati lagi.
(nnd)