Dreamland
>
Berita
>
Article

Alami Kekeringan Parah, Anak-anak di Alor Dekil Karena Tak Mandi Berbulan-bulan

29 September 2015 08:04 | 7234 hits

DREAMERSRADIO.COM - Musim kemarau yang melanda sejumlah daerah di Indonesia makin mengkhawatirkan. Salah satunya yang terparah adalah kekeringan yang terjadi di wilayah Pantar, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.

Sebuah kisah miris disampaikan oleh pendaki gunung asal Jakarta, Reginald yang mengatakan bahwa dua wilayah yang mengalami krisis air parah berada di Desa Mauta dan Alikallang. Informasi ini ia dapatkan saat mendaki Gunung Sirung awal September lalu.

Dilansir Merdeka, Reginald mengatakan bahwa dua desa itu terletak di bawah kaki Gunung Sirung. Menurut warga sekitar, pasokan air yang bisa dikonsumsi hanya berasal dari sungai kering yang berjarak sekitar 5 km dari dua kampung itu.

"Itupun mereka gali sumur sendiri di sungai kering itu dan cuma beberapa ember dapetnya. Butuh waktu 2 jam perjalanan untuk mengambil air. itupun sangat kurang dan keruh. Sehingga mereka harus menghemat minum air," ujar dia.

Menurut Reginald, saking keringnya sumber mata air di desa itu, banyak warga terutama anak-anak yang jarang mandi. Bahkan, saking parahnya dari wajah sampai kelopak mata anak-anak penuh dengan debu tanah yang menempel di bekas air mata.


Image source: merdeka.com

Baca juga: Jakarta Diancam Bencana Kekeringan, Apa Tindakan Pemprov DKI?

"Tepian hidung dan bibir juga penuh dengan debu tanah. Rambut menjadi gimbal akibat debu tanah yang menempel di kulit kepala," kata dia.

Warga menuturkan, kekeringan seperti rutin dirasakan setiap tahun. Air melimpah dirasakan warga saat musim hujan tiba dangan mengumpulkan air hujan yang jatuh dari talang rumah dan dimasukan dalam drum.

"Itupun buat persedian kalau musim kering tiba. Jadi mereka mesti hemat air," kata Reginald menirukan ucapan warga. Yang lebih miris, kata Reginald, akses menuju dua desa itu sebetulnya sangatlah mudah di jamah pemerintah.

Menurutnya, dari Kupang hanya 25 menit penerbangan dengan Pesawat Transnusa, lalu dilanjutkan dengan 2 jam perjalanan laut dari pelabuhan Alor. "Pemerintah bukan tidak bisa membantu mereka. Tapi tutup mata," ujarnya.

Selain masalah air, ujar Reginald, minimnya penerangan dan fasilitas pendidikan di dua desa itu sangat berbeda dibandingkan daerah lainnya. "Enggak ada listrik. Sekolah cuma ada satu tapi udah rusk atapnya. Padahal dibangunan itu tertulis sekolah dibangun Tahun 2006 atau 2009 gitu," pungkasnya.

Source:
Komentar
RECENT ARTICLE
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio