DREAMERSRADIO.COM - Harga jual tomat yang terlalu rendah dan tidak sebanding dengan ongkos angkut, membuat seorang petani bernama Dedi Hermawan memutuskan untuk tidak memanen tomat-tomat di kebunnya dan dibiarkan begitu saja.
Melansir BBC, Dedi mengatakan bahwa harga jual tomat saat ini sedang jatuh, hanya sekitar 300 rupiah per kilogram. Sedangkan ongkos angkut dari kebun ke tengkulak atau bandar – yang harus ditanggung petani – adalah sekitar Rp500 per kilogram.
"Itu ongkos angkut saja, padahal untuk menanam itu kalau dihitung-hitung sudah habis Rp3.000 per pohon,” kata pria 40 tahun tersebut. Dan daripada menanggung lebih banyak rugi, Dedi memutuskan untuk membuang tomat-tomatnya yang sudah matang.
"Ada sekitar 20 ton, dibuang, tidak dipanen sudah saja ditinggal di kebun. Nanti kalau olah lahan, ya tanamannya dicangkul lagi,” pungkasnya.
Baca juga: Variasi Makanan yang Dapat Membantu Wajah Terlihat Lebih Muda
Sementara itu, tomat-tomat di Garut telah menjadi bahan perbincangan setelah sebuah foto yang diunggah ke Facebook menunjukkan banyak tomat yang dibuang oleh para tengkulak ke selokan di daerah Cikajang, Garut.Kristianto Hengki yang mengambil foto tersebut mengatakan dia merasa prihatin dan kasihan kepada petani yang merugi karena panennya sia-sia.
"Itu memang daerah yang sering saya lalui sehari-hari. Cuaca panas sehingga tomat jadi cepat rusak. Tomat-tomat di selokan itu tidak busuk sebetulnya, tetapi sudah sangat merah dan jelek. Kalau dijual di pasar pasti tidak laku," jelasnya.
Walau prihatin, Hengki mengatakan aksi buang-buang hasil panen sudah biasa terjadi karena 'petani jengkel'.