DREAMERSRADIO.COM - Gelombang panas yang tengah melanda Pakistan memang sudah mereda namun korban terus berjatuhan. Hal ini membuat para ulama mengimbau agar umat Muslim di negara itu khususnya di Karachi untuk tidak berpuasa.
“Kami (ulama) telah menekankan di berbagai acara televisi bahwa bagi mereka yang berisiko, terutama di Karachi, untuk tidak berpuasa,” kata Tahir Ashrafi, salah satu ulama terkemuka di Pakistan, dikutip ABC News.
Menurut mereka, berada di cuaca dengan panas yang ekstrim menjadi salah satu alasan mengapa agama memperbolehkan umatnya untuk tidak berpuasa, walaupun di bulan suci Ramadhan. Dan mereka bisa menggantinya di lain hari.
"Islam menetapkan syarat puasa, bahkan disebutkan dalam Al-Quran bahwa orang sakit dan dalam perjalanan yang tidak sanggup berpuasa bisa menangguhkannya dan orang yang lemah atau tua atau berpotensi sakit, bahkan meninggal, karena berpuasa, boleh untuk tidak melakukannya," lanjut Ashrafi.
Suhu yang mecapai 45 derajat Celcius pada Sabtu (20/6) lalu membuat imbauan ini muncul. Ditambah rumah sakit yang semakin dipadati oleh pasien yang terkena sengatan panas. Setidaknya gelombang panas di Pakistan ini telah menewaskan 780 orang di kota berpenduduk 20 juta orang itu.
Baca juga: Gelombang Panas Korea Selatan Catat Angka Tertinggi Sepanjang Sejarah Sebabkan Kematian Warganya
Post Graduate Medical Collage Hospital adalah rumah sakit terbesar di Karachi, dan mereka merawat lebih dari 3000 orang. Sementara kamar mayat mulai dipenuhi jenasah.Imbauan dari para ulama di Pakistan untuk tidak berpuasa ini pun mendapat tanggapan yang beragam. “Ini adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup,” kata Subah Sadiq, seorang penjual buah dan ayah tiga orang anak.
Sadiq memutuskan berbuka puasa karena menganggap mustahil tetap berjualan di luar ruangan tanpa minum air.
Sementara warga lainnya memutuskan tetap berpuasa di tengah terik. "Selama masih bernyawa, dan punya tekad yang kuat, saya akan tetap puasa," kata Shamim ur-Rehman, seorang petugas keamanan berusia 34 tahun.
(fzh/cnnindonesia)