Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
Dreamland
>
Film
>
Article
Guru Bangsa Tjokroaminoto : Menikmati Sejarah Tentang Hijrahnya Indonesia
26 April 2015 23:00 | 1368 hits

DREAMERSRADIO.COM - Beberapa waktu lalu, publik Hollywood sempat ramai oleh munculnya film ‘Selma’, yang menceritakan tentang perlawanan kaum kulit hitam di Amerika Serikat pada tahun 60-an yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr. Tema besar perlawanan sendiri sebenarnya sudah cukup sering diangkat di Hollywood, tapi yang satu ini beda karena berhasil menembus banyak nominasi di ajang Academy Awards 2015.

Lain Amerika lain Indonesia. Sosok pemberontak dalam sebuah perlawanan masih sangat jarang dihadirkan di layar lebar. Hingga akhirnya belum lama ini hadir ‘Guru Bangsa : Tjokroaminoto’ garapan sutradara kawakan Garin Nugroho.

Meski antriannya di bioskop tak sepanjang penonton ‘Avengers : Age of Ultron’ atau pun ‘Fast & Furious 7’, film berdurasi hampir tiga jam ini justru berhasil menyuguhkan sebuah tontonan yang layak dinikmati oleh banyak kalangan. Bukan hanya soal perlawanan, tapi soal bagaimana menjaga harga diri dan martabat kita sebagai orang Indonesia.

Bercerita tentang sosok fenomenal di masanya, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, seorang aktivis, pelajar, sekaligus penggagas ide kemerdekaan asal Ponorogo, Jawa Timur ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Sejak awal, penonton sudah diberikan tanda tanya besar soal tampilan hitam putih yang menampilkan Tjokro saat sedang dinterogasi di sebuah penjara oleh Tentara Belanda.

Ambisi perlawanan Tjokro terhadap kekuasaan penjajah Belanda sudah mulai tumbuh semenjak ia masih duduk di bangku sekolah. Tjokro muda pun menghadapi sebuah dilema besar ketika ia harus menikahi seorang wanita putri prijaji Jawa yang dekat dengan penguasa Belanda. Sampai kemudian, ia pun dicap menjadi orang berbahaya bagi Belanda.

Namun, hal tersebut tidak begitu saja menghentikan niatnya. Karena dibaliknya ada seruan lain yang selalu terngiang. Hal itu adalah soal Hijrah. Bagaimana membawa sesuatu dari tempat yang kurang baik ke tempat yang jauh lebih baik. Saat itu, kondisinya berlaku kepada Indonesia yang sedang ditindas habis-habisan.

Perjuangan Tjokro dimulai dengan berkeliling ke sejumlah daerah di Jawa, merangkul kekuatan buruh, pekerja, hingga petani yang dianggapnya adalah roda perdagangan dan ekonomi yang memiliki peran penting dalam pergerakan tersebut. Hingga akhirnya, ia pun mendirikan Sarekat Islam, sebuah organisasi perdagangan yang namanya kini tercatat dalam sejarah sebagai salah satu gerakan perlawanan yang berpengaruh.

Meski cerita di film ini tidak seratus persen nyata, karena ada bumbu tambahan dengan hadirnya karakter-karakter pemanis untuk membuat film ini menjadi lebih hidup, sutradara Garin Nugroho justru bisa membuat penonton menikmati kisah sejarah ini dengan santai. Tanpa perlu mengernyitkan dahi terlalu sering, atau bosan karena dialog yang terlalu panjang.

Reka ulang adegan-adegan penting dalam perjalanan Tjokro dan cita-cita Hijrahnya juga ditampilkan dengan sangat khidmat di film ini. Mulai dari munculnya sosok Agus Salim, tokoh asal Sumatera Barat, Kongres perdana SI di Bandung, hingga perselisihan paham antar anggota SI seperti Muso yang kemudian mendirikan SI Merah dan menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia.

Di saat kita terkagum-kagum dengan kisah perjuangan Tjokroaminoto dalam membentuk ide dan gagasan pemerintahannya sendiri dalam membangun Indonesia yang merdeka, film ini juga berhasil menampilkan orang-orang terbaik di dunia perfilman Indonesia yang pantas mendapatkan pujian tersendiri.

Senang rasanya melihat aktor-aktris Senior seperti Christine Hakim, Didi Petet, Sudjiwo Tedjo, Alex Komang beradu lakon dengan aktor-aktris muda macam Reza Rahadian, Chelsea Islan, Deva Mahenra, dan Alex Abbad. Bahkan hingga nama-nama yang tak asing di dunia hiburan Indonesia seperti Ibnu Jamil maupun Maia Estianty yang mungking lebih sering muncul di infotainment ketimbang film layar lebar kolosal seperti ini.

Tak hanya itu, kehadiran sineas-sineas lain yang namanya mungkin masih terlalu asing di telinga penikmat film Indonesia juga terasa menambah warna seperti Paul Agusta yang juga jadi sutradara cerita belakang layar untuk film ini hingga Alm. Ari Syarief yang menggoreskan naskah yang sangat apik untuk sebuah biopik perjalanan orang penting di masanya.

Bagaimana pun juga, film ini telah berhasil mengajak penonton untuk menikmati sejarah dengan gaya penyampaian yang luwes, berseni dan tentunya mengedukasi. Lalu kemudian meninggalkan pesan moral dan  harapan, agar semangat perlawanan akan penindasan serta pilihan untuk berhijrah ke arah yang lebih baik dari Tjokroaminoto dapat diterapkan dengan cara yang jauh lebih modern oleh generasi muda di zaman seperti saat ini. (Syf)

Komentar
RECENT ARTICLE
Advertise with Us
sales & marketing : sales@dreamers.id
enquiries : info@dreamers.id
Get Our Application for Free
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio