DREAMERSRADIO.COM - Menjelang Hari Kasih Sayang akhir pekan ini, Pemerintah Thailand akan menindak tegas remaja di bawah usia yang berhubungan seks.
Harian Chiang Rai Times mengabarkan Rabu (11/2/2015), tindakan itu dilakukan untuk menanggapi hasil survei yang dilakukan media massa lokal. Poll pendapat itu menyebutkan, bahwa para remaja Thai sepakat untuk melepaskan keperjakaannya dan kegadisannya pada Hari Kasih Sayang, Sabtu (14/2/2015) nanti.
Tentu saja hal itu membuat kementerian dalam negeri Thailand panik. Seluruh provinsi Thailand diperintahkan untuk melakukan razia di hotel-hotel dan klab malam dan menangkap para remaja yang kedapatan tidur bersama.
"Kalau sudah saling cinta, lebih baik pergi memancing atau menangkap burung atau pergi ke kuil-kuil untuk berdoa," kata Pirapong Saicheua, Deputi administrasi Metropolitan Bangkok. "Jangan terlalu obsesi pada hal-hal yang tak senonoh," lanjutnya Pirapong.
Baca juga: Rekomendasi Lagu K-Pop yang Cocok Untuk Para Jomblo di #ValentineDay2020 (Part 2)
Negara mayoritas beragama Budha itu tampaknya masih berpandangan konservatif. Padahal, dunia mengenal Thailand sebagai Surga Seks Bebas. Para penggemar anak-anak atau paedofilia berkunjung ke Thailand untuk menikmati remaja di bawah usia, kaum transgender dan anak-anak ingusan.Tak heran bila peringkat kehamilan di kalangan remaja sangat tinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Dan penderita HIV menjadi penyakit nomor wahid di antara kaum gay.
Menjelang Hari Kasih Sayang, Pemerintah PM Prayuth Chan-o-cha menyediakan 3,5 juta kondom di 68 pusat kesehatan dan 10 rumah sakit di Thailand, untuk berjaga-jaga bila keinginan para remaja tak terbendung lagi.
"Kami juga menyediakan kondom di mesin penydia alat kontrasepsi di sekolah lanjutan atas," tutur Sophon Mekthon, Kepala Penanggulangan Penyakit Menular Thailand.
Penjualan kondom yang dimulai sejak 2010 lalu, diminati banyak pelajar. Namun ditentang para orang tua karena khawatir akan mendorong hubungan seksual di bawah usia. "Seks tak bisa dilarang," kata Khemapat Santong, mahasiswa di Universitas Chulalongkron. "Di banyak tempat sih bisa, tapi melarang seseorang melakukan hal itu, ya tidak mungkin," lanjut mahasiswa berusia 21 tahun itu.