DREAMERSRADIO.COM - Pemimpin Muslim Prancis mengecam keras serangan mematikan terhadap Majalah Charlie Hebdo, dengan menyebutnya serangan barbar terhadap kebebasan pers dan demokrasi, meski penyerangan ini disebut-sebut ada hubungannya dengan penggambaran karikatur Nabi Muhammad pada 2006 lalu oleh majalah Charlie Hebdo tahun 2006 silam.
"Ini tindakan serius dan barbar," demikian pernyataan Dewan Muslim Prancis (CFCM), yang mewakili 3,5 dari 5 juta Muslim Prancis, komunitas Muslim terbesar di Eropa.
Tiga pria bersenjata Kalashnikov, berpakaian hitam, dan bertopeng, menyeru kantor majalah mingguan itu, Rabu (7/1). Saksi mata mengatakan penyerang meneriakan 'Allahu Akbar' saat menebar maut di ruang redaksi majalah itu.
Presiden CFCM Dalil Boubakeur, yang juga pemimpin Masjid Paris, berencana mengunjungi lokasi penembakan bersama rombongan. CFCM juga menyerukan semua pihak tetap tenang, dan mendesak umat Islam berhati-hati agar tidak dimanipulasi para ekstremis.
"Di dalam iklim internasional yang dipicu kegilaan kelompok teroris yang mengaku mewakili Islam, kami menyeru semua orang untuk menjunjung tinggi nilai-nilai republik dan demokrasi untuk menghindari provokasi," ujar Boubakeur.
Muslim Prancis, masih menurut Boubakeur, harus berlatih 'kewaspadaan' terhadap kemungkinan manipulasi kelompok ekstrem. Uni Organisasi Muslim Prancis (UOIF), kelompok yang dikenal dekat dengan Ikhwanul Muslimin, juga mengutuk serangan mengerikan ini.
Baca juga: Empat Orang Resmi Didakwa Jadi Pelaku Serangan Concert Hall Moskow, Siapa Mereka Sebenarnya?
Sedangkan great rabbi Prancis Haim Korsia mengatakan negara perlu menunjukan persatuan nasional dan mempertahankan kebersamaan dan kebebasan, termasuk kebebasan berekspresi.