DREAMERSRADIO.COM - Pemenang penghargaan ahli genetika komputasi yang telah mempelajari virus Ebola ternyata bukan hanya seorang “bintang rock” dalam komunitas ilmiah. Dilansir nydailynews.com, Dr Pardis Sabeti yang merupakan profesor di Harvard University dan anggota dari Broad Institute ini juga merupakan seorang penyanyi utama dan pemain bass sebuah grup rock indie bernama Thousand Days.
Wanita 39 tahun dan band-nya yang berbasis di Boston ini baru-baru ini tampil dalam Rolling Stone, yang membicarakan album terbaru mereka, “mungkin ini adalah rekaman pertama yang pernah diselenggarakan oleh wabah penyakit menular.”
Penelusuran yang dilakukan Sabeti terhadap virus Ebola sudah dilakukan sebelum wabah ini mulai merebak, dan timnya membantu mendiagnosa kasus pertama yang terjadi di Sierra Leone.
Baca juga: Korea Utara Punya Obat Ajaib Untuk Sembuhkan MERS, Ebola, hingga AIDS?
Laboratoriumnya di Harvard juga telah membuat pengumuman besar pada musim panas lalu yang berbunyi "peneliti telah mengurutkan 99 virus genom Ebola dari 78 pasien di Sierra Leone." Penemuan ini menjukkan mutasi yang mengatur tekanan ini terpisah, dan dapat memberikan wawasan mengapa wabah ini berdampak begitu besar.Lima dari ko-penulis, termasuk rekan dan kolega Dr Sheik Humarr Khan meninggal karena Ebola setelah memberikan kontribusi bagi penelitian. “Memberikan data ini kepada komunitas peneliti sesegera mungkin dan menunjukkan transparansi dan kerjasama adalah salah satu cara kami menghormati warisan Humarr ini,” kata Sabeti pada Harvard Gazzete.
Rocker-ilmuwan ini juga membayar kebaikan jasa Khas dengan menulis dan merekam sebuah lagu berjudul “One Truth”. Lagu ini berisi tentang semua kenangannya bersama Khan dan orang-orang yang telah kehilangan nyawa mereka untuk Ebola. Sementara itu, album terbaru Thousand Days “Turkana Boy” dijadwalkan akan rilis pada bulan Januari.