DREAMERSRADIO.COM - Dunia sepakbola Indonesia kembali berduka. Salah satu pemain yang berlaga bersama Persiraja Banda Aceh di Liga Premier Indonesia bernama Akli Fairuz diketahui meninggal dunia setelah sebelumnya mengalami cedera parah saat ia bertanding bersama rekan setimnya.
Akli meninggal di Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh pada Jum’at (16/5) lalu karena mengalami kebocoran usus. Akli menderita sakit tersebut akibar tackle yang ia dapatkan dari penjaga gawang PSAP Sigli di lanjutan pertandingan Liga Premier Indonesia pada Sabtu (10/5).
Saat itu, Akli yang hendak mengejar bola rebound berusaha menendang bola ke arah gawang PSAP Sigli. Belum sempat mendaratkan kaki kanannya ke tanah, Akli langsung dihadang oleh penjaga gawang Agus Rahman yang menghantam perutnya.
Bola yang masuk ke gawang tersebut pun dianulir karena Akli dianggap hakim garis sudah berada pada posisi offside. Setelah menerima hantaman tersebut, Akli pun terkapar di lapangan dan tidak bisa melanjutkan pertandingan.
Baca juga: Dijamin 'Terpanah', Kenalan Dengan Pesepakbola Asal Korea Selatan yang Miliki Visual Bak Idol K-pop
Hingga akhirnya, pada Jum’at (16/5) lalu, tim dokter tidak bisa menyelamatkan nyawa Akli karena kebocoran yang dialami di bagian usus Akli tidak dapat diatasi. Dikutip dari AcehVideo.Net, pihak manajemen Persiraja juga tidak berbuat apa-apa selama proses penyembuhan Akli.Belakangan malah dilaporkan, Persiraja belum membayarkan gaji Akli selama tiga bulan terakhir. Hingga hal itu dianggap sejumlah rekan-rekan timnya menghambat proses penyembuhan pemain depan berbakat tersebut.
Kabar meninggalnya Akli tersebar hingga ke mancanegara. Bahkan harian ternama di Inggris, Daily Mail menuliskan bahwa apa yang dialami Akli adalah sebuah kejadian ‘horor’ yang ada di sepakbola Indonesia.
Akhir 2012 lalu, sepakbola Indonesia juga dirundung duka setelah salah satu pemain Persis Solo asal Paraguay, Diego Mendieta menderita sakit tifus dan infeksi pencernaan hingga akhirnya tewas karena tidak bisa membeli obat. Gaji Mendieta yang tertahan selama empat bulan menjadi salah satu alasannya.
(Syf)