DREAMERSRADIO.COM - Pendidikan tak selamanya menjamin seseorang untuk sukses. Hal ini dibuktikan oleh Zhao Bowen, pemuda jenius yang tak lulus SMA elit di Beijing China. Tapi kini dirinya menjadi direktur lembaga riset dan memimpin riset membedah DNA para manusia jenius.
Zhao memutuskan keluar dari SMA yang terafiliasi dengan Universitas Renmin, China. Namun pada tahun ketiga (2009), menjelang ujian masuk Universitas dirinya malah keluar dan bergabung ke Beijing Genomic Institute (BGI) di Shenzhen, pusat penelitian genetik dan bioinformatik terbesar di China.
Zhao awalnya magang di instansi tersebut. Pemimpin BGI, Li Yingrui, awalnya tak terlalu memperhatikan bocah SMA ini. Suatu saat, Li memberikan tugas pemrograman ke Zhao. Tugas ini sebelumnya membingungkan 1.000 peneliti berbakat yang ada di lembaga riset itu. Tugas pemrograman itu bak puzzle yang besar bagi tim risetnya, namun Zhao mampu menyelesaikannya dengan waktu kurang dari sehari.
Sejak itulah Li membujuk Zhao untuk meneliti di BGI, Zhao pun terinspirasi dan mengubah pikiran hingga keluar di pengunjung sekolah. Keputusan ini mengkhawatirkan orang tuanya, namun Zhao meyakinkan bahwa dia akan melanjutkan belajar.
“Saya ingin membuat waktu saya penuh dengan melakukan apa yang saya paling ingin lakukan daripada mengikuti persiapan ujian masuk universitas,” ungkap Zhao seperti dilansir Beijing Review.
“Kalau saya masuk universitas dan kemudian belajar di luar negeri, saya hanya akan menjadi lulusan biasa setelah 5 tahun. Namun saya bisa belajar hal-hal luar biasa di BGI ini dan mengumpulkan pengalaman luar biasa selama 5 tahun,” tuturnya.
Orangtuanya lantas berbalik mendukung pilihan Zhao. Zhao mengerti benar risiko tak melanjutkan sekolah tapi atasannya, Wang Jian, mengingatkannya bahkan Bill Gates dan Steve Jobs pun DO dari kampusnya.
“Saya tidak anti belajar di universitas. Universitas adalah tempat yang berbeda dengan SMA, di mana Anda belajar sesuai dengan minat Anda,” jelas Zhao.
Baca juga: Kepopuleran 'Game of Thrones' Buat Aktor Ini Terpaksa Drop Out dari Kampus
Tak hanya itu, BGI tempat risetnya pun menjalin kerjasama dengan berbagai Universitas. Ia pun mendapat berbagai rekomendasi untuk melanjutkan sekolah di Universitas. Banyak yang menerimanya dengan memberikan beasiswa.Zhao sepakat melanjutkan sekolah namun dia meminta pihak kampus agar dirinya tak didorong untuk meraih gelar sarjana melainkan hanya belajar kursus-kursus singkat yang dia pilih. Pihak kampus pun menerima syaratnya dan tetap memberikan beasiswa.
Dalam situs BGI disebutkan bahwa sebelumnya Zhao magang sebagai peneliti yang meneliti rentetan DNA timun. Lama-lama, Zhao tertarik mempelajari DNA orang-orang berkecerdasan di atas rata-rata yang memiliki IQ tinggi seperti dirinya pada 2010.
Dia memiliki hipotesa bahwa kecerdasan manusia 40-80 persen tidak bisa diturunkan. Zhao ingin tahu gen mana yang bertanggung jawab dalam kecerdasan manusia yang dia sebut 'kemampuan kognitif tinggi
Kini ia memimpin lebih dari 20 peneliti baik dari China maupun luar negeri yang ahli dalam bidang matematika, fisika, dan psikologi untuk mencari bagaimana gen mempengaruhi perbedaan intelektual manusia.
Tak hanya itu, Zhao juga bukan peneliti biasa. Dia disebutkan menjadi direktur penelitian bioinformatika. Bisa pula dilihat Zhao adalah satu-satunya peneliti termuda, yang protolan SMA sementara lainnya bergelar PhD atau bahkan profesor.
Zhao tak hanya bertanggung jawab pada penelitian ilmiah melainkan juga mengurus urusan administrasi seperti meneken kontrak dengan rekanan atau berhubungan dengan lembaga pemerintah. Karena lembaga riset ini memiliki cabang di seluruh dunia, dia harus mengkoordinasikan proyek-proyek penelitian yang diadakan BGI.
“Alasan mengapa mereka menuruti perintah saya adalah bahwa saya yang memegang uangnya. Semua dana penelitian di bawah kontrol saya,” tambahnya dengan bercanda.