Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
Dreamland
>
Lifestyle
>
Article
Ngorok Perburuk Kualitas Remaja
03 Juli 2012 12:00 | 10909 hits

Ngorok merupakan kebiasaan tidur yang dapat mengganggu apalagi dialami oleh remaja. Sebuah penelitian terbaru melaporkan remaja yang mendengkur memiliki resiko lebih tinggi mengalami gangguan kemampuan belajar dan perilaku. Mereka terus mengantuk, sulit berkonsentrasi, agresif dan terganggu kehidupan sosialnya.

Suara ngorok menjadi hal yang lazim dikehidupann sehari-hari. Apalagi remaja yang memiliki jadwal yang padat, dengkuran dianggap karena kelelahan. Tetapi tahukah bahwa dengkuran sendiri bisa menyebabkan kelelahan berkepanjangan?

Mendengkur dan kantuk berlebihan jadi dua gejala utama sleep apnea, atau henti nafas ketika tidur. Saat saluran nafas melemas saat tidur, ia menyempit dan mengakibatkan sumbatan. Akibatnya, meski dada naik turun berusaha bernafas, tapi tak ada udara yang  dapat lewat.

Ketika tidur, seolah ia tercekik karena sesak, kemudian pertahanan tubuh akan membangunkan otak untuk bernafas. Si penderita akan terbangun singkat tanpa tersadar. Karena terbangun singkat sepanjang malam, pendengkur jadi selalu merasa mengantuk dan lelah sepanjang hari walau tidurnya sudah mencukupi.

Penelitian yang dilakukan oleh the Disability and Psychoeducational Studies department dari the University of Tucson di Arizona, remaja pendengkur yang menderita sleep apnea cenderung mempunyai nilai masalah sosial dan perilaku yang tinggi dibanding remaja yang tak memiliki gangguan tidur tersebut. Mereka dinilai 3 kali lipat lebih agresif. Remaja dengan sleep apnea ada 29%, sementara yang sehat hanya 10%.

Kemampuan untuk mengontrol emosi juga didapati 2,9 kali lipat lebih buruk pada pendengkur dibanding remaja yang tak mendengkur.

Perilaku dan kantuk berlebihan

Masalah-masalah perilaku dan interaksi sosial yang dialami dianggap berkaitan dengan kantuk berlebihan yang diderita pendengkur. Seperti sudah diulas sebelumnya, remaja yang menderita sleep apnea selalu berada dalam kondisi kurang tidur, selalu mengantuk, walau durasi tidur sebenarnya sudah cukup. Bayangkan saja diri kita jika hanya tidur 2 jam, bagaimana rasanya di pagi dan siang hari? Persis seperti itulah yang dialami para remaja yang menderita sleep apnea.

Kondisi ini diperparah dengan pola tidur remaja yang juga selalu kurang. Akibat berbagai aktivitas, kebutuhan tidur yang seharusnya 8,5-9  tak pernah tercapai. Apalagi dengan jam biologis yang berbeda dari orang kebanyakan. Kelompok usia ini wajar jika tidur lewat tengah malam. Padahal, aktivitas sudah dimulai sejak sebelum matahari terbit.  (way)

Komentar
RECENT ARTICLE
Advertise with Us
sales & marketing : sales@dreamers.id
enquiries : info@dreamers.id
Get Our Application for Free
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio