Pubertas merupakan sebuah fase yang harus dilewati oleh setiap manusia. Masa pubertas atau puber ini terjadi pada saat remaja. Namun penurunan kadar hormon laki-laki atau testosteron bisa terjadi lebih cepat atau terlambat. Tapi sebaiknya waspada jika remaja pria mengalami telat puber.
Penurunan kadar hormon laki-laki bukan saja terjadi pada pria dewasa, namun resiko ini juga dijumpai sejak masa pertumbuhan didalam kandungan, anak-anak dan pubertas. Jika terjadi pada masa kandungan, maka akan mengganggu perkembangan pembentukan organ seks.
Tapi jika terjadi pada masa pre pubertas, maka tentunya bakal mengganggu perkembangan tanda-tanda seksual sekunder. Karena itu perlu diwaspadai bila anak laki-laki sudah berumur 15-17 tahun tapi secara fisik belum terlihat tumbuh dengan baik.
Misal, belum ada kumis atau rambut halus, suara kecil, atau tidak adanya jerawat pada wajah. Karena itulah maka perlu diwaspadai adanya kelainan yang mungkin terjadi selama masa tumbuh kembang remaja.
Baca juga: Remaja Rusia Bunuh Diri dalam Siaran Langsung Usai Tonton 'Joker'
Pengobatan pada anak-anak bisa dilakukan dengan terapi penggantian testosteron yang mampu merangsang pubertas dan perkembangan karakteristik seks sekunder.“Hipogonadisme bisa mengubah karakteristik fisik dan merusak fungsi reproduksi normal. Selain itu, akan terjadi kemunduran tanda-tanda seksual, seperti rambut yang menipis, otot otot menjadi lemah, loyo, bahkan tulang keropos,” ungkap Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD.
Sementara itu, penyebab hipogonadisme bisa disebabkan oleh penyakit kronis atau seperti obesitas, hipertensi dan diabetes. Bahkan sang dokter menambahkan sekitar 40 persen pasien obesitas bukan diabetes, mempunyai kadar testosteron di bawah normal. Sedangkan pada pasien obesitas diabetes, sebanyak 50 persen akan mengalami penurunan kadar testosteron. (way)