DREAMERS.ID - Donald Trump sempat membuat heboh dunia karena terserempet peluru yang membuat telinganya sobek saat melakukan kampanye Pemilihan Presiden AS di Pennsylvania pada 13 Juli kemarin. Sebelumnya, Pew Ressearch Centre merilis survei yang menyebutkan jika 44% responden akan memilih Trump jika Pilpres diadakan sekarang.
Namun siapapun yang menang nantinya, tentu akan berdampak pada hajat hidup orang banyak, tidak hanya di Amerika tapi juga di luar Amerika. Trump sendiri dinobatkan sebagai kandidat presiden Partai Republik pada konvensi nasional partai tersebut. Akankah kebijakannya nanti berbeda dengan Joe Biden jika terpilih sebagai Presiden AS?
Salah satunya adalah perang antara Rusia dan Ukraina, Donald Trump sudah lama mengkritik kebijakan bantuan militer AS senilai ratusan triliun rupiah yang diberikan ke Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022 lalu, melansir Detik.
Trump bahkan secara terbuka memuji Presiden Rusia Vladimir Putin di mana ia berjanji akan mengakhiri perang dalam waktu 24 jam jika terpilih Kembali sebagai presiden. Memang tidak dijelaskan bagaimana cara mengakhiri perangnya, namun pernyataan itu menimbulkan kekhawatiran jika Trump akan menekan Ukraina untuk menyerahkan wilayahnya kepada Rusia.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang adalah salah satu sekutu Trump mengatakan jika Trump ‘tidak akan memberikan sat usen pun’ kepada Ukraina jika ia akhirnya terpilih. Hal ini tercetus Ketika Orban mengunjungi Trump di Florida, AS, Maret lalu.
"Saya tak akan memberikan [bantuan] kecuali Eropa mulai menyamakan kedudukan" tutur Trump Ketika ditanya tentang pernyataan Orban tersebut.
Masalah lainnya adalah status AS di NATO. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), adalah aliansi militer yang terdiri dari 32 negara, termasuk AS, Inggris, Jerman, dan Prancis yang kerap dikritik oleh Trump. Sepanjang menjabat, Trump sering mengancam menarik keanggotaan AS dari NATO jika negara anggota lain gagal memenuhi target membelanjakan 2% dari PDB untuk pertahanan.
Baca juga: Angka Fantastis Dari Penggalangan Dana Fans Taylor Swift Untuk Capres AS Kamala Harris
Trump mengatakan dia tak akan melindungi negara yang "tidak membayar" dan akan mendorong Moskow untuk melakukan "apa pun yang mereka inginkan" terhadap negara tersebut.Imigrasi yang berujung deportasi juga jadi isu utama untuk Biden maupun Trump. Trump pernah menyebut jika ia akan memulai operasi deportasi domestik terbesar dalam sejarah Amerika pada hari pertama ia kembali menjabat.
"Selain berupaya untuk mendeportasi jutaan imigran tidak sah, banyak di antaranya telah tinggal di AS selama beberapa dekade, Trump juga berupaya mengurangi imigrasi legal," kata Doris Meissner, pakar di Migration Policy Institute yang berbasis di Washington DC.
Bagaimana dengan kisruh Palestina-Israel? Trump dikenal sebagai pendukung vocal Israel dan pemerintahan sayap kanannya. Dia membatalkan kebijakan resmi AS selama beberapa dekade dengan mengumumkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Fyi, pemerintahan Trump mendukung pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki yang oleh sebagian besar masyarakat internasional dianggap ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya.
Tapi, Sebagian pihak menganggap Trump menyimpan dendam pada Benjamin Netanyahu sejak pemilihan presiden AS tahun 2020, ketika perdana menteri Israel menelepon untuk memberi selamat kepada Biden ketika Trump masih menentang hasil pemilu.
Pun setelah serangan 7 Oktober 2023, Trump mengatakan Netanyahu ‘tidak siap’ menghadapi serangan Hamas dan menyebut Hizbullah yang kelompok Islam militant di Lebanon ‘pintar’. Hal ini tak pelak memicu kemarahan di kalangan pendukung Partai Republik.
Isu apalagi yang kira-kira menjadi penting jika Trump berhasil memenangkan pemilu nanti, Dreamers?
(rei)