DREAMERS.ID - Sedang ramai dipemberitaan bahwa Amerika Serikat diduga kuat mendanai penelitian terkait riset virus Corona di Wuhan, China. Riset itu diduga untuk bereksperimen mengubah virus Corona sehingga dapat menginfeksi manusia.
Dilansir dari laman Detik, The Intercept berhasil memperoleh dokumen-dokumen yang berisi lebih dari 900 halaman terkait dengan penelitian virus Corona dari kelelawar oleh EcoHealth Alliance, sebuah organisasi kesehatan di AS, yang didanai AS di China.
Pendanaan penelitian yang dikeluarkan EcoHealth Alliance tercatat sebesar USD 3,1 juta (sekitar Rp 18 miliar), termasuk USD 599 ribu (sekitar Rp 8,5 miliar) yang digunakan Wuhan Institute of Virology untuk mengidentifikasi dan mengubah virus Corona kelelawar yang kemungkinan menginfeksi manusia.
Uang untuk riset EcoHealth Alliance didapatkan dari NIAID dan Anthony Fauci adalah direkturnya. Kemudian Fauci pada Mei 2021 pernah berbicara di hadapan para senator di Kongres Amerika bahwa dia membantah uang Amerika dipakai untuk riset 'gain of function' di Lab Wuhan.
Riset 'gain of function' pada dasarnya adalah riset medis yang secara genetis mengubah organisme yang mungkin dapat menambah fungsinya untuk menguji suatu teori. Jika diaplikasikan ke virus misalnya, penelitian ini dapat saja mengubahnya jadi lebih menular atau lebih mematikan untuk kepentingan riset.
Sejak awal kemunculannya, kuat juga dugaan bahwa virus Corona bocor dari laboratorium di Institut Virologi Wuhan (WIV). Lantas, seperti apa isi dari laboratorium kontroversial tersebut?
Dikutip dari laman The Washington Post, WIV bekerja dengan patogen-patogen berbahaya di dunia. Dibangun dengan teknik Prancis, ini adalah laboratorium P4 pertama di China, salah satu dari beberapa lusin di dunia dengan penunjukan keamanan tertinggi.
WIV memiliki sistem Biosafety level 4 (BSL-4) yakni level tertinggi dari kewaspadaan biosafety, meneliti agen yang dapat dengan mudah ditularkan melalui aerosol di dalam laboratorium dan menyebabkan penyakit parah hingga fatal pada manusia yang tidak bersedia vaksin atau perawatannya.
Meski sering dikaitkan dengan kebocoran virus, ilmuwan China Yuan Zhiming, mengatakan tidak pernah ada kasus tersebut di WIV. Menurut Yuan, laboratorium P4 sudah tidak pernah melihat adanya kebocoran dan infeksi manusia sejak beroperasi pada 2018.
Laboratorium Wuhan sendiri terletak di pinggiran industri selatan kota Wuhan yang diapit oleh pegunungan rendah dan lahan pertanian. Menurut laporan audit keselamatan lingkungan, besar fasilitas lab digambarkan seperti dua lapangan sepak bola.
Para staf WIV juga diminta untuk menjaga ketat rahasia negara dan waspada kepada mata-mata asing. Sehingga laboratorium Wuhan sangat lah misterius.
(rzlth)